Aku yang sendiri
Memandang resah pada kesunyian yang lirih, dengan memeluk kedinginan beku dalam penantian yang mutlak
Maka, sunyi ini pun menjadi musik musik kerinduan yang liar...
Aku yang jauh
Terkurung galau yang riuh
Yang bagai matahari, mencoba tetap setia dan mengukir rindu di pelupuk semesta
Yang senantiasa di goda keraguan dan tidak goyah...
Aku yang bagai tonggak tonggak perkasa
Memahat rindu pada sebuah kata yang tak terucap
Tentang cinta pada-Mu....
Yang ku titipkan dalam geliat sayup semesta....
***** Bangko *****
Aku adalah nisbi, setitik pasir di lautan luas sang waktu, atau setetes embun yang beku di gelap malam yang gulita. Aku adalah pemimpi, yang terlelap dalam ilusi semu yang naif, yang mengurungku dalam pertanyaan-pertanyaan menipu yang dramatis dan lugu. Aku adalah petualang yang menempuh perjalanan panjang tanpa henti, yang sepi dan tersendiri. Sesungguhnya aku bukanlah aku, melainkan sang pencari yang tabah, yang sabar dan terlelap dalam rindu. (Gubuk Perenungan, 05 Februari 2000)