Translate

Minggu, 07 Desember 2003

NISBI

Hidup ini adalah nisbi.
Maka Pertapa Sunyi adalah ibarat gunung es yang suatu saat pasti akan mencair, menjadi butir butir air kerdil dan tak berdaya...

Saudara saudaraku...
Ada saat dimana Pertapa Sunyi mungkin kelelahan, mungkin kehilangan inspirasi atau bahkan mungkin akan pergi...

Maka; Biarkan barisan kata ini menjadi peta jejak perjalanan panjang seorang Pertapa Sunyi, sebuah jejak yang mungkin bisa di telusuri, atau bahkan sekedar untuk di lupakan...

*** Gubuk Perenungan ***


Kunjungi juga:

Jumat, 19 September 2003

***** ENGKAULAH TUHAN *****

( Puncak Renungan Sang Pertapa Sunyi )

Yang selalu ingin ku beri padaMu adalah rindu
Yang kusimpan dalam mimpi bersama lafal dan bait bait keesaanMu
Sebab; aku bosan menunggu, menanti dengan hasrat yang dungu
Karena itu akan mengubahku jadi patung patung pemujaan
Yang ratapku adalah jawaban dan rintihku adalah do'a do'a massa yang menjelma dari kegelapan

Gugusan angin yang berhembus telah membatasi cakrawala
Yang antara siang dan malam
Antara besar dan kecil
Antara tinggi dan rendah
Menggoreskan jurang jurang menganga
Maka; aku adalah pencari pencari kelelahan
Yang terperangkap pada bingung yang mutlak, yang sial dan celaka...

Kemudian, aku yang Engkau lepaskan, mengumandangkan teriak yang bening suaranya mengiramakan puji keagunganMu
Allahu Akbar.....
Sesudah itu terpaku, tak bisa mengelak rindu dalam makna keesaanMu
Ya Allah.....
Engkaulah Tuhan.....

Samudera yang bergelombang, dan terus bergelombang
Mengikat langkahku hingga kuyup dan tenggelam
Sesudah itu aku bimbang
Memaku gerak dalam kehidupan yang rahasia
Yang termangu dan berakhir dalam sepi yang jauh
Inikah ujungnya....?

Satu, dua buih putih berkejaran
Kemudian menepi
Menjilat kedua belah kaki ku yang mematung bagai batu
Yang setiap sentuhannya adalah sebuah nyanyian yang mengantar kesadaran yang tumbuh perlahan
Ya Allah
Engkaulah Tuhan
Al-Khalik semesta

Yang bila aku bersujud
Memendam resahku yang ranum, menggugur peluhku pada rindu yang absolut dan kaku
Maka; pahatlah di dadaku sebuah keyakinan, tentang hidupku yang bukanlah milikku
Sesudah itu, leburlah aku di dalamnya....

Do'a do'a yang menumpuk di ubun ubunku adalah gelegak nisbi abad yang kesepian
Seperti riuh yang tanpa suara, menjelmakan dahaga yang juga tanpa suara
Sebab, resahku adalah rindu yang mencatat nama nama agungMu
Yang oleh karenanya aku semakin kerdil di depanMu

Dan yang tak terlawan olehku adalah kasihMu
Yang setiap helaan kalimatMu adalah keabadian
Kemudian aku merasa malu
Malu pada pagi, yang setiap detiknya geliatkan kehidupan
Malu pada matahari, yang setiap sinarnya berikan kehangatan

Engkau....
Yang menyembunyi wujudMu di balik kemilau cahaya
Menampar sepi yang menyentak hasratku
Kemudian menyeret langkah semesta keluar dari kerumunan bimbang
Dan, tanamkan keyakinan di ladang sukmaku
Ya Allah
Engkaulah Tuhan
Yang menyimpan abad dalam genggamanMu

Dari langit jauh Engkau tersenyum menggoda
Mengajakku kembali memahami hakekat keesaanMu
Ya Allah
Tuhanku....
Di hadapanMu aku benar benar malu
Di hadapanMu aku mati kutu......

YAA AYYUHAL LADZIINA AAMANUUDZ KURULLAAHA DZIKRAN KATSIIRA....

" Hai orang orang yang beriman!
Hendaklah kamu ingat kepada Allah, dengan ingat yang sebanyak banyaknya..."
( Q.S. Al-Ahzab : 41 )