Translate

Rabu, 20 Desember 2000

MERANGKAI SUNYI

Saat ini, ku tak ingin terluka
Bahkan ku tak ingin mengingat bahwa ku pernah terluka
Biarlah jejak perih itu menghilang di kegelapan, yang mana tak ada rona cahaya apa pun...

Saat ini, ku tak ingin menangis (lagi)
Ku tak ingin ada airmata
Bahkan ku tak ingin apa apa lagi
Tidak mimpi....
Tidak juga harapan...

Biarlah begini
Sendiri...
Tetap sendiri
Dan mati linu dalam sepi.....

*** Gubuk Perenungan ***

Jumat, 10 November 2000

*** PERSEMBAHAN TERAKHIR ***

Siapa yang telah hadirkan luka di bibir malam?
Memupuskan seulas mesra yang urung terjalin
Dalam kekisruhan, kata kata benci mengapa harus hadir
Amarah...
Mendidih....
Bukan aku yang memulai
tapi siapa yang sisipkan kaca kaca pecah nan merobek hati....
Kau ataukah dia....?

Jika pilar pilar persaudaraan ini tak lagi di ingini, kenapa pertahankan kata yang tak lagi indah?
Celupkanlah di gelombang dingin angin malam, biar di sapu daun daun kering yang berarak.
Walau bias bias luka pasti terserak, dan sukma sukma pasti meronta kesakitan
Namun, inilah pilihan....
Karena, sunyi telah mengikat perih di sini...

Dalam keresahan, kata kata manis tak lagi punya makna
Aku...
Menyendiri...
Kembali keperaduan malam, di sana damai bebas bertahta....
Setelah ku coba singkirkan duri duri yang menusuk
Tapi sia sia, aku telah sia sia...
Kereta kereta hati telah mulai pergi
Jejak jejak malam telah lama tinggalkan sunyi
Ku hampiri kau yang ada di taman;
Dariku,
ini,
Ini piala yang ku persembahkan
Untukmu,
Persembahan yang terakhir...

  • ***Muara Bungo***

Rabu, 13 September 2000

DIA TAHU

Selimbai langkah irama zaman
Seayun degup napas napas kehidupan
Tertuang secuil amarah, kecewa, atau entah apa
Rangkum pada lingkaran nan merah bara

Tuhan tahu...
Apa yang telah tergambar di sudut hati, juga apa yang tengah bergejolak disini
Apa atau siapa yang telah meletupkan gelas gelas keagungan itu, Tuhan juga tahu....

Selaras keyakinan menapak mega
Mengantar ratapan keselaksa langit biru
Mengapa atau untuk apa...
Tuhan selalu tahu....

----- Koja City -----
(Gubuk Perenungan)

Senin, 10 Juli 2000

NYANYIAN HATI

Di antara sejuta kemilau pelangi
Zahir atau hakikat tak setitik pun membungkus ingatan
Terkadang..., di balik senyum tersimpan dua atau tiga sindiran
Aku terpedaya

Kapan atau dimana benih benih asmara di tebar...?
Dan untuk siapa cintamu tergerai...?
Langit tlah mengunci jawaban dari sebuah skenario utuh di kaki kaki perkasa sang waktu
Cinta ini....
Agung ataukah menggantung...?

***Gubuk Perenungan***

Senin, 01 Mei 2000

HILANG

Bahagia dimana...?
Tidak di hati
Tidak di hari
Tidak di bumi
Di angkasa juga tidak..

Ku lelapkan diri ke alam mimpi, berharap menjumpai ia di sana
Tapi, itu kosong
Lalu,...
Dimana bahagia itu...?
Tidak ada di ruas waktu
Dalam angan pun juga tidak.

Ku jejaki masa silam, coba mencarinya disana
Tapi, itu pun juga kosong...

******Koja City******
( Gubuk Perenungan )

Minggu, 09 April 2000

*** SKETSA LUKA ***

Rasa itu hadir begitu saja
Datang dari kegelapan malam, atau dari derita hati yang dalam
Yang terlunta dalam sepi waktu yang diam
Inikah cinta-Mu...?

Akh...
Aku yang terus diam
Menghitung detik demi detik yang terlewat, yang kemudian hilang atau berlalu begitu saja
Meski sia sia......
Bagai sang pemimpi kerdil, yang percaya bahwa mimpi mimpi tak kan hilang dari tidurnya
Dan, demikianlah aku yang terpaksa terus diam, menikmati rasa sakit yang dalam, serta mengais jawaban dari luka yang telah Engkau biarkan....

*** Gubuk Perenungan ***

Sabtu, 05 Februari 2000

AKU

Aku adalah nisbi,
setitik pasir di lautan luas sang waktu,
atau setetes embun yang beku di gelap malam yang gulita.
Saat sepi bercerita tentang semesta, maka aku pun hilang di dalamnya, hilang & raib begitu saja.

Aku adalah pemimpi,
yang terlelap dalam ilusi semu yang naif, yang mengurungku dalam pertanyaan2 menipu yang dramatis & lugu.

Aku adalah petualang yang menempuh perjalanan panjang tanpa henti, yang sepi & tersendiri.
Maka, siapakah aku?
Karena, sesungguhnya aku bukanlah aku, melainkan sang pencari yang gagal, yang kelelahan & tak berdaya disisi waktu….

***Gubuk Perenungan***


Jumat, 21 Januari 2000

****** ANDAI ******

Jika airmata bisa menghentikan waktu, dan memutarnya kembali ke masa lalu
Andai jeritan bisa menyadarkannya, dan menahannya untuk tetap ada di dekatku...
Maka; aku akan selalu menangis dan menjerit, agar waktu tak membawanya pergi dari sisiku....

Jika lagu dapat mengembalikan kisah itu, dan menjalin ulang hari hari yang indah
Andai senandung bisa mengobati lukaku, dan menautkan kembali lembaran yang telah terkoyak...
Maka; aku akan terus bernyanyi dan bersenandung, agar aku tak perlu merasakan sakit ini...

Tapi...
Jika aku benar benar boleh berandai, mungkin aku juga akan akan berandai andai; bahwa ia tak pernah hadir dalam hidupku, agar aku tak pernah merasakan arti sebuah kehilangan....

"Selamat Jalan Saudaraku" ( Gubuk Perenungan )