Suatu hari kita pernah bersama melewati musim gugur dalam kerontang kemarau yang panjang.
Di lain waktu kita pernah bersama mencandai pagi, menertawai hari yang dingin dikala musim hujan tiba
Dulu, kita selalu bersama menguak takdir, mengukir lika liku kehidupan.
Tapi itu dulu sekali, disuatu hari yang silam.........
Roda kehidupan terus berjalan, sobat!!
Hingga suatu masa, waktu membawamu pergi dariku.
Sejak itulah rasa sepi mulai menghinggapi hari-hariku, merasuk dan menetas dalam mimpiku.
Ah!!, ternyata aku tak bisa melupakanmu.....
Kemudian, melangkahkan jejak, mencarimu dalam sunyi, atau dalam riuh yang kukira engkau ada disana, namun tak ada.
Dan aku terus saja mencarimu, menapak tilasi warna putih pasir pantai, atau dihijau dedaunan yang dulu pernah kita singgahi.
Tapi itu hampa, engkau tetap tiada....
Duhai....
Dimanakah gerangan karibku...?
Aku rindu......
Aku adalah nisbi, setitik pasir di lautan luas sang waktu, atau setetes embun yang beku di gelap malam yang gulita. Aku adalah pemimpi, yang terlelap dalam ilusi semu yang naif, yang mengurungku dalam pertanyaan-pertanyaan menipu yang dramatis dan lugu. Aku adalah petualang yang menempuh perjalanan panjang tanpa henti, yang sepi dan tersendiri. Sesungguhnya aku bukanlah aku, melainkan sang pencari yang tabah, yang sabar dan terlelap dalam rindu. (Gubuk Perenungan, 05 Februari 2000)