Episode-II
" MALAM JAHANAM "
Dan, aku terdiam saat jiwa tercambuk, luka mendera.
Lirih rintih sepadan isak tangisku mewarnai kelam sepanjang jalan.
"Aku benci ini, malam jahanam..." bisikku penuh dendam.
Kau tertunduk diam, bingung memahami kata demi kata cacian yang terucap dari bibirku yang memucat dan kaku.
"Kau takkan mengerti, aku lahir dari luka, hidup berkubang derita. Dan sampai hari ini tetap menderita..." bisikku lagi.
"Pergilah, sebentar lagi rembulan akan berlalu, pagi akan datang menyambutmu..." lanjutku lagi saat malam kian beranjak menua.
"Aku pamit..." katamu.
"Pergilah, dunia kita memang beda, disini bukan tempatmu..." jawabku sesaat sebelum kabut membawamu berlalu, pergi mengejar matahari.
Dan, aku kembali terdiam, mengusap luka kehidupan yang merona merah disekujur tubuhku, dan kemudian mencoba menikmatinya....
" MALAM JAHANAM "
Dan, aku terdiam saat jiwa tercambuk, luka mendera.
Lirih rintih sepadan isak tangisku mewarnai kelam sepanjang jalan.
"Aku benci ini, malam jahanam..." bisikku penuh dendam.
Kau tertunduk diam, bingung memahami kata demi kata cacian yang terucap dari bibirku yang memucat dan kaku.
"Kau takkan mengerti, aku lahir dari luka, hidup berkubang derita. Dan sampai hari ini tetap menderita..." bisikku lagi.
"Pergilah, sebentar lagi rembulan akan berlalu, pagi akan datang menyambutmu..." lanjutku lagi saat malam kian beranjak menua.
"Aku pamit..." katamu.
"Pergilah, dunia kita memang beda, disini bukan tempatmu..." jawabku sesaat sebelum kabut membawamu berlalu, pergi mengejar matahari.
Dan, aku kembali terdiam, mengusap luka kehidupan yang merona merah disekujur tubuhku, dan kemudian mencoba menikmatinya....