Episode-VII
" SUBUH TERAKHIR "
Hari ke 61 bersamamu.
Setelah hari ini, aku tak tahu apakah kita masih bisa ketemu, tapi percayalah, aku pasti akan terus merindukan suasana disini, sunyinya mendamaikan katamu.
Terutama mengenang saat-saat bersamamu, menikmati kelembutan lewat semerbak wangi aroma kembang hutan seperti pagi ini...
Hari ini tepat lima bulan aku menyendiri disini, itu berarti sebulan setelah kamu pergi, aku juga akan pulang kekehidupan nyata, kita pasti akan sama-sama merindui tempat ini nantinya bisikku. Kamu tersenyum manis kala itu (mungkinkah akan menjadi senyum terakhir yang dapat kulihat dari raut wajahmu...?)
Subuh baru saja bergeliat bersama sang fajar yang berkelindan di ufuk cakrawala, dinginnya dihangatkan oleh secangkir teh yang engkau suguhkan disela gelora dzikir yang merasuk dalam renunganku. Cuma sekedar untuk menemanimu bertegur sapa dengan Tuhan katamu.
Hakikat pertemuan itu adalah perpisahan, tinggal cepat atau lambatnya saja yang jadi pembeda. Demikian juga kita, meski kita tak menginginkannya, tapi kita tak bisa mengelak takdir bukan...!!!?
Aku harus pergi, tugasku disini telah usai, dan sebagai seorang mahasiswi, tugas lain telah menantiku dikampus.
Aku berharap Tuhan mempertemukan kita dilain waktu, karena sebagian dari hatiku telah kutitipkan disini katamu, sembari menyeka air yang mulai merembes dikedua belah kelopak matamu.
Dan, aku percaya itu...
Batinku miris pagi ini, seiring kekosongan yang membungkam lidahku tiba-tiba.
Jangan lupa telpon aku, bye bye teriakmu sambil melambaikan tangan sebelum pintu bis tertutup dan menjauh di ujung lembah...
Ada yang hilang kini....
( Gubuk Perenungan )
" SUBUH TERAKHIR "
Hari ke 61 bersamamu.
Setelah hari ini, aku tak tahu apakah kita masih bisa ketemu, tapi percayalah, aku pasti akan terus merindukan suasana disini, sunyinya mendamaikan katamu.
Terutama mengenang saat-saat bersamamu, menikmati kelembutan lewat semerbak wangi aroma kembang hutan seperti pagi ini...
Hari ini tepat lima bulan aku menyendiri disini, itu berarti sebulan setelah kamu pergi, aku juga akan pulang kekehidupan nyata, kita pasti akan sama-sama merindui tempat ini nantinya bisikku. Kamu tersenyum manis kala itu (mungkinkah akan menjadi senyum terakhir yang dapat kulihat dari raut wajahmu...?)
Subuh baru saja bergeliat bersama sang fajar yang berkelindan di ufuk cakrawala, dinginnya dihangatkan oleh secangkir teh yang engkau suguhkan disela gelora dzikir yang merasuk dalam renunganku. Cuma sekedar untuk menemanimu bertegur sapa dengan Tuhan katamu.
Hakikat pertemuan itu adalah perpisahan, tinggal cepat atau lambatnya saja yang jadi pembeda. Demikian juga kita, meski kita tak menginginkannya, tapi kita tak bisa mengelak takdir bukan...!!!?
Aku harus pergi, tugasku disini telah usai, dan sebagai seorang mahasiswi, tugas lain telah menantiku dikampus.
Aku berharap Tuhan mempertemukan kita dilain waktu, karena sebagian dari hatiku telah kutitipkan disini katamu, sembari menyeka air yang mulai merembes dikedua belah kelopak matamu.
Dan, aku percaya itu...
Batinku miris pagi ini, seiring kekosongan yang membungkam lidahku tiba-tiba.
Jangan lupa telpon aku, bye bye teriakmu sambil melambaikan tangan sebelum pintu bis tertutup dan menjauh di ujung lembah...
Ada yang hilang kini....
( Gubuk Perenungan )