Memupuskan seulas mesra yang urung terjalin
Dalam kekisruhan, kata kata benci mengapa harus hadir
Amarah...
Mendidih....
Bukan aku yang memulai
tapi siapa yang sisipkan kaca kaca pecah nan merobek hati....
Kau ataukah dia....?
Jika pilar pilar persaudaraan ini tak lagi di ingini, kenapa pertahankan kata yang tak lagi indah?
Celupkanlah di gelombang dingin angin malam, biar di sapu daun daun kering yang berarak.
Walau bias bias luka pasti terserak, dan sukma sukma pasti meronta kesakitan
Namun, inilah pilihan....
Karena, sunyi telah mengikat perih di sini...
Dalam keresahan, kata kata manis tak lagi punya makna
Aku...
Menyendiri...
Kembali keperaduan malam, di sana damai bebas bertahta....
Setelah ku coba singkirkan duri duri yang menusuk
Tapi sia sia, aku telah sia sia...
Kereta kereta hati telah mulai pergi
Jejak jejak malam telah lama tinggalkan sunyi
Ku hampiri kau yang ada di taman;
Dariku,
ini,
Ini piala yang ku persembahkan
Untukmu,
Persembahan yang terakhir...
Kereta kereta hati telah mulai pergi
Jejak jejak malam telah lama tinggalkan sunyi
Ku hampiri kau yang ada di taman;
Dariku,
ini,
Ini piala yang ku persembahkan
Untukmu,
Persembahan yang terakhir...
***Muara Bungo***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar