Sebait kata dalam
diam
Membentuk
senandung senandung darah jiwa, mengucurkan perih dalam seribu abstrak asa
Sepi malam...
Di ujung lidah
menyapu rasa asin dan pahit
Kehidupan membakar
nadi atau detak masa, mengantar cita pada ruang hampa
Kemudian diam...
Karena hidup
adalah mimpi mimpi
Yang mengguyur
abad dalam semu yang dramatis
Maka pandanglah ia
dari lepas cakrawala
Tatap dan resapi
senandungnya yang lirih Yang mengalun bagai ombak laut menghempas pantai...
Dari langit jauh,
kesunyian mengalun pelan
Sukma meregang, nasib tak mengubah apa pun
Sukma meregang, nasib tak mengubah apa pun
Tidak juga
kehidupan, kecuali secuil kenangan
Dan itu pun tak
lebih dari mimpi yang akan melahirkan mimpi mimpi berikutnya...
“Bagi manusia
ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,
maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia.” (QS. Ar’Ra’d: 11)
Gubuk Perenungan, 09 Desember 1997
Tidak ada komentar:
Posting Komentar